Istilah stakeholder kini semakin sering didengar dalam berbagai diskusi. Wajar saja, ketika membicarakan sesuatu pasti ada kepentingan di sana. Pihak-pihak inilah yang dilabelkan sebagai “stakeholder”. Namun, apakah benar stakeholder adalah sebatas pihak-pihak yang berkepentingan saja? Tulisan ini akan membahas mengenai stakeholder, mulai dari pengertian hingga peranannya.
Mengartikan stakeholder bisa dilihat dari berbagai sisi. Ini perlu dilakukan untuk benar-benar memahami apa itu stakeholder. Ada pula beberapa ahli yang menggunakan teorinya untuk mendefinisikan stakeholder. Semakin kaya akan pengertian stakeholder, maka akan semakin bijak untuk menyikapi berbagai hal yang menyangkut mereka. Di bawah ini ada beberapa definisi stakeholder yang dapat dijadikan referensi.
Apa Itu Stakeholder?
Secara umum, stakeholder adalah siapa pun, baik individu atau pun kelompok, yang memiliki hubungan atau kepentingan terhadap organisasi atau isu yang sedang terjadi. Kalau mau dipahami lebih sederhana, stakeholder itu pihak-pihak yang berhubungan dan memiliki kepentingan terhadap suatu hal. Namun, tidak cukup mengartikan stakeholder begitu saja. Berikut pengertian stakeholder dari dua ahli yang sering dijadikan acuan:
1. Freeman
Stakeholder adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi. Hal ini erat kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi (Freeman dan McVew, 2001). Di sini ia menggambarkan kepada pihak mana saja sebuah perusahaan harus bertanggung jawab (Freeman, 1984). Lebih jauh ia mengembangkan stakeholder theory dan memecahnya ke dalam dua model.
Model pertama adalah model kebijakan dan perencanaan bisnis. Fokusnya di sini adalah bagaimana perusahaan mengelola hubungannya dengan stakeholder sebagai pemegang keputusan strategis guna kelangsungan perusahaan tersebut. Sedangkan model kedua adalah tanggung jawab perusahaan dari manajemen stakeholder. Dapat dikatakan bahwa perusahaan mendapatkan pengaruh eksternal yang mungkin bertentangan dengan arah perusahaan itu sendiri.
2. Biset
Pendapat dari ahli lainnya adalah Biset (1998). Menurutnya, stakeholder adalah orang yang memiliki kepentingan atau perhatian pada permasalahan tertentu. Ia mengidentifikasi stakeholder sebagai pihak yang memiliki kekuatan dan kepentingan relative terhadap isu atau posisi tertentu. Sehingga pengaruhnya benar-benar digunakan untuk mengendalikan suatu isu.
Baca Juga:
- Pengertian Shareholder, Job Deskripsi, dan Manfaatnya
- Pengertian dan Teknik Pengambilan Purposive Sampling
- Pengertian Akad Tabarru? Berikut Definisi dan Konsep Dasarnya
Pemahaman Stakeholder Berdasarkan Kekuatan, Posisi Dan Pengaruhnya
Stakeholder pun dapat dipahami berdasarkan kekuatan, posisi, dan pengaruhnya. Di sini dapat dilihat seberapa besar peran stakeholder terhadap suatu isu atau organisasi/perusahaan. Jika mengacu pada konsep itu, maka stakeholder dikelompokkan menjadi seperti di bawah ini:
1. Stakeholder Utama (Primer)
Di sini stakeholder adalah pihak yang berhubungan langsung dengan pembuat kebijakan. Tak hanya kebijakan strategis, stakeholder turut memutuskan program atau proyek yang akan dijalankan. Mereka adalah penentu utama sesuatu dapat dijalankan atau tidak. Tak hanya itu, mereka pun pihak-pihak yang memiliki kepentingan langsung sehingga suaranya tidak dapat dikesampingkan. Contoh dari stakeholder utama adalah:
- Masyarakat atau Tokoh Masyarakat. Mereka adalah pihak yang merasakan dampak langsung apabila ada suatu kebijakan atau proyek di lingkungannya. Tak jarang suatu rencana terpaksa dihentikan atau ditunda apabila masyarakat belum menyetujui. Adapun peran tokoh masyarakat adalah orang yang dianggap mewakili aspirasi rakyat. Biasanya mereka adalah tetua atau ahli agama yang dijadikan panutan.
- Manajer Publik. Bisa perseorangan atau sekelompok orang yang bertanggung jawab dalam pengambilan suatu keputusan. Saat implementasinya pun manajer publik banyak berperan. Hal ini dikarenakan mereka adalah pengatur organisasi/perusahaan.
2. Stakeholder Pendukung (Sekunder)
Sebagai pendukung, stakeholder adalah pihak yang tidak berkepentingan langsung pada suatu proyek atau kebijakan. Walaupun begitu, stakeholder memiliki perhatian tersendiri sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan stakeholder utama. Beberapa contoh dari stakeholder ini adalah:
- Lembaga Pemerintah. Lembaga pemerintah kadang tidak berdampak langsung dari satu kebijakan atau proyek. Namun, mereka adalah pihak yang memiliki wewenang untuk mengatur wilayah secara legal. Oleh sebab itu suaranya bisa mempengaruhi stakeholder utama, bahkan masukannya cukup kuat dijadikan pertimbangan.
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tidak semua LSM bisa mempengaruhi stakeholder utama. Hanya LSM yang scale-nya cukup besar dan sangat kuat concern-nya terhadap suatu isu. Dalam menyikapi LSM harus lah berhati-hati. Tak jarang masalah jadi membesar jika tidak tepat menghadapi LSM.
- Lembaga Pendidikan (Akademisi). Sama seperti tokoh masyarakat, lembaga pendidikan dianggap sebagai pihak yang dipercaya untuk mewakili suara masyarakat. Mereka tidak hanya mampu mempengaruhi stakeholder utama, tetapi pemerintah juga.
3. Stakeholder Kunci
Agar mirip dengan stakeholder utama, namun stakeholder kunci memiliki kekuatannya sendiri. Pada hal ini stakeholder adalah pihak yang punya kewenangan legal secara hukum. Mereka ekslusif secara instansi sehingga stakeholder utama harus berkolaborasi dengan stakeholder kunci jika kebijakan atau proyeknya ingin jalan. Kelompok ini bisa pemerintah daerah, dinas yang bersangkutan, hingga intansi kenegaraan dengan level yang lebih tinggi.
Peran Stakeholder
Stakeholder adalah pihak yang memiliki peranan tertentu. Secara umum memang mereka adalah pihak yang mempengaruhi, tapi jika dilihat lebih dekat ada peran-peran yang berbeda. Setidaknya ada lima macam peran stakeholder yang perlu diketahui, yaitu:
1. Pemegang Saham
Beberapa orang menyebut pemegang saham dengan sebutan investor. Mereka adalah pihak yang memberikan modal supaya suatu perusahaan dapat beroperasi. Mereka berperan sebagai pengawas dari kebijakan dan apapun yang berlangsung dalam perusahaan, khususnya kondisi finansial.
2. Karyawan
Produktivitas perusahaan/organisasi bergantung pada kualitas SDM-nya. Artinya, jika karyawan dapat bekerja sama dengan baik, maka perusahaan pun akan baik. Inilah yang dimaksud dengan pengaruh secara tidak langsung.
3. Supplier
Maksudnya di sini adalah pemasok, bisa bahan baku atau beberapa hal supporting lainnya. Apabila terjadi hambatan, maka proyek pun tidak lancar atau kebijakan tidak berjalan efektif. Sama halnya seperti karyawan, supplier menjadi stakeholder pendukung.
4. Konsumen
Stakeholder adalah orang yang memegang kepentingan, maka ini pun erat kaitannya dengan konsumen. Istilah stakeholder tidak hanya digunakan untuk internal organisasi/perusahaan saja. Siapa pun pihak yang terlibat tergolong dalam stakeholder. Dengan begitu, fokus konsumen pun harus menjadi perhatian guna kelancaran jalannya organisasi/perusahaan.
Seiring dengan perkembangan jaman, tak hanya selera konsumen saja yang harus diperhatikan. Kini mereka semakin pintar dan sensitif dengan isu-isu tertentu. Misalnya, isu go green, kesetaraan gender, disabilitas, dan sebagainya.
5. Pesaing (Competitor)
Persaingan tentu saja mempengaruhi organisasi/perusahaan untuk mengambil kebijakan. Apalagi dalam dunia industri, ada pesaing langsung dan tidak langsung. Pesaing langsung adalah pihak yang menawarkan produk/jasa sejenis. Sedangkan pesaing tidak langsung bisa jadi pihak-pihak yang memiliki produk/jasa subtitusi. Pergerakan bisnis membuat adanya langkah-langkah mengambil keputusan dan proyek-proyek khusus guna bertahan dalam dunia persaingan bisnis.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan stakeholder adalah pihak-pihak yang memiliki pengaruh terhadap jalannya suatu organisasi/perusahaan, baik dari sisi pengambilan keputusan dan jalannya sebuah proyek. Adapun stakeholder dapat dikelompokkan ke berbagai jenis, tergantung pada kekuatan pengaruh serta posisinya. Berbicara tentang perannya pun stakeholder bermacam-macam.
Pada saat menyikapi persoalan yang berkaitan dengan stakeholder, perlu pemahaman yang mendalam. Supaya tidak salah mengambil langkah yang malah menyebabkan permasalahan baru. Dengan begitu, memandang stakeholder dari berbagai sisi penting dilakukan. Supaya organisasi/perusahaan tetap berjalan dengan harmonis dan mencapai tujuannya.