Permintaan agregat adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan ekonomi negara. Ada banyak fungsi permintaan agregat, salah satunya adalah untuk menghitung pendapatan negara. Tanpa adanya permintaan agregat, maka akan sulit memperkirakan berapa pendapatan masyarakat di suatu tempat. Hal tersebut dikarenakan tidak jelasnya permintaan yang mereka miliki dalam setahun. Lalu apa sebenarnya permintaan agregat? Simak ulasannya berikut ini.
Definisi dan Pengertian Permintaan Agregat
Permintaan agregat adalah total permintaan dari seluruh sektor yang ada di sebuah negara. Biasanya teori tentang permintaan agregat ini bisa dipelajari di bidang ekonomi makro. Dalam ekonomi makro, permintaan agregat mendeskripsikan hubungan di antara sebuah barang dan jasa yang diminta pemerintah dalam harga tertentu.
Berdasarkan hukum permintaan (demand law), besar kecilnya harga dari suatu barang dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dari barang tersebut, ceteris paribus. Semakin besar permintaannya, maka harga barang pun semakin tinggi. Sebaliknya apabila permintaan suatu barang merendah, harganya juga akan merendah.
Kondisi yang sama berlaku pada permintaan agregat. Jika permintaan agregat suatu negara meningkat, maka ada satu atau beberapa faktor penghasilan negara yang harganya naik. Hal ini akan otomatis meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) negara. Jika GDP turun, berarti ada satu atau beberapa faktor dalam permintaan agregat yang mengalami penurunan. Lebih jelasnya dirumuskan sebagai berikut.
AD = DI + I + G + (X-M)
Permintaan agregat adalah Disposable Income ditambah Investment ditambah Government ditambah (Export dikurangi Import).
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Agregat
Terdapat beberapa faktor penting yang memengaruhi permintaan agregat. Berdasarkan faktor-faktor inilah biasanya pemerintah menentukan mana faktor yang paling bisa memengaruhi kenaikan GDP. Selain itu, dari faktor-faktor tersebut juga bisa diketahui mana yang bisa lebih dikembangkan sehingga GDP suatu negara bisa ditingkatkan lagi. Berikut ini selengkapnya.
Disposable Income (DI)
Disposable Income adalah pendapatan yang disisihkan warga suatu negara untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Singkatnya, DI menggambarkan tingkat konsumerisme suatu warga negara. Semakin tinggi DI warga negara, maka makin konsumtif pula warga negara tersebut. Biasanya, DI juga sering disebut sebagai faktor C (consumption).
DI merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung pada permintaan agregat. Jadi naik turunnya GDP negara juga berpengaruh pada seberapa banyak konsumsi masyarakatnya atas produk dalam negeri.
Tingkat Bunga (i)
Tingkat bunga merupakan faktor tidak langsung yang dapat memengaruhi besar permintaan agregat. Dalam suatu negara, tingkat bunga dapat memengaruhi berbagai sektor, terutama sektor perbankan dan investasi. Jika tingkat bunga dalam suatu negara tinggi, maka keinginan berspekulasi masyarakat juga akan tinggi. Akhirnya, masyarakat akan berbondong-bondong menyimpan uangnya dalam bank. Dikarenakan hal ini, masyarakat jadi mengurangi tingkat konsumtifnya sehingga DI menurun.
Jika bank berhasil memanfaatkan uang simpanan masyarakat ini dengan baik di dalam negara, maka nilai investasi akan naik. GDP pun akan naik meski DI turun, karena I-nya naik. Akan tetapi jika oknum bank memilih menyimpan uang di luar negeri, maka GDP pun akan turun.
Investasi (I)
Nilai investasi yang diterima suatu negara juga berpengaruh signifikan terhadap naik turunnya permintaan agregat. Jika suatu negara memiliki banyak investor, maka nilai permintaan agregat adalah sebanyak jumlah investasi tersebut. Tingginya nilai I nantinya juga akan berpengaruh ke sektor lain seperti pajak dan nilai tukar uang. Apabila suatu negara ingin GDP-nya tinggi karena I, maka negara tersebut harus menjamin suasana yang kondusif untuk investasi.
Baca Juga:
- Pengertian Agregat Dalam Ekonomi dan Istilah yang Sering Digunakan
- 7 Perbedaan Data Primer dan Sekunder Beserta Contohnya
- Nilai Guna Arsip: Pengertian Lengkap, dan Jenis-Jenisnya
Jumlah Uang yang Beredar (P)
Ceteris paribus-nya, semakin banyak jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin tinggi pula DI masyarakat. Hal tersebut dikarenakan masyarakat memiliki banyak uang dalam genggaman sehingga opsi pembelian pun semakin banyak. Hukum ini juga berlaku sebaliknya. Apabila masyarakat merasa harga kebutuhan makin tinggi, maka mereka akan memilih menghabiskan uang tersebut daripada harus menyimpannya di bank.
Pada akhirnya, jumlah uang yang beredar di masyarakat juga akan memengaruhi GDP dari suatu negara. Akan tetapi ini dalam hukum permintaan agregat adalah faktor terlemah yang bisa dijadikan sandaran. Hal tersebut karena di banyak negara masih terjadi kesenjangan sosial yang membuat persebaran uang tidak merata di masyarakat. Contohnya saja di Indonesia, 90% uang yang diproduksi dipegang oleh 2% rakyat saja, sedangkan 10% uang sisanya dipegang oleh 98% rakyat.
Pengeluaran Pemerintah (G)
Layaknya rumah tangga lainnya dalam siklus ekonomi makro, RTP (rumah tangga pemerintah) juga melakukan siklus pemasukan dan pengeluaran. Terkait dengan pengeluaran, biasanya pemerintah membeli sesuatu untuk kepentingan pembangunan atau pembayaran infrastrukturnya. Contoh bentuk pengeluaran pemerintah misalnya biaya membayar listrik gedung, biaya memperbarui sarana, dan biaya membayar gaji PNS. Semakin banyak pengeluaran pemerintah maka GDP negara juga makin tinggi. Biasanya faktor G ini dikaitkan dengan kemajuan sebuah negara.
Pajak (T)
Meski tidak langsung, faktor pajak sangat memengaruhi faktor yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni faktor G. Jika biaya suatu negara diibaratkan pengeluaran, maka pemasukannya adalah pajak.
Pajak adalah sejumlah kecil uang yang harus dibayarkan warga negara kepada pemerintah sebagai bentuk kontribusi membangun negara. Semakin banyak faktor tax yang didapat negara, maka ceteris paribus-nya G juga meningkat sehingga negara makin maju.
Pendapatan Luar Negeri (X)
Permintaan agregat adalah permintaan atas barang-barang dalam negeri, akan tetapi terkait dengan pendapatan maka dari luar negeri pun harus dihitung. Biasanya, pendapatan luar negeri ini disebut dengan pendapatan ekspor. Biasanya pendapatan ekspor menjadi andalan bagi suatu negara untuk meningkatkan permintaan agregatnya. Apabila permintaan agregat dari sisi ekspor tinggi, maka GDP juga akan tinggi. Akan tetapi dengan catatan nilai impor tidak melebihi nilai ekspor.
Harga Luar Negeri (M)
Kebalikan dengan pendapatan luar negeri, harga luar negeri dalam permintaan agregat adalah harga dari barang-barang yang dibeli dari luar negeri. Singkatnya, harga luar negeri bisa disebut sebagai harga impor. Bagi beberapa negara, termasuk Indonesia, sulit mengendalikan faktor satu ini karena setiap negara memiliki keunggulannya masing-masing. Indonesia bisa saja unggul dalam segi pertambangan akan tetapi lemah dari segi pengolahan teknologi sehingga harus mengimpor benda elektronik tertentu.
Nilai Tukar Uang (R)
Faktor terakhir yang memengaruhi permintaan agregat adalah nilai tukar uang. Meski tidak langsung, nilai tukar uang akan memengaruhi sebesar apa GDP suatu negara. Hal ini nantinya akan berkaitan dengan nilai investasi (I) dan ekspor (X). Apabila kurs Rupiah naik stabil, misalnya, berdasarkan hukum permintaan berarti ada banyak orang ingin menggunakan Rupiah sebagai alat pembayaran. Artinya, ada banyak orang yang ingin menggunakan produk atau jasa dari Indonesia.
Simulasi Perhitungan Permintaan Agregat
Rumus permintaan agregat adalah inti dari perhitungan GDP negara, meski beberapa faktor seperti tax dan kurs tidak dapat dimasukkan. Berdasarkan rumus AD = DI + I + G + (X-M) maka simulasinya sebagai berikut.
DI = 20 T
I = 35 T
G = 50 T
X = 15 T
M = 20 T
Maka berdasarkan simulasi tersebut permintaan agregat adalah 20 + 35 + 50 + (15-20) = 105 – 5 = 100 T
Demikianlah penjelasan mengenai permintaan agregat adalah apa, faktor, serta simulasi perhitungannya. Teori ini merupakan teori pokok yang wajib dipahami siapa pun yang ingin mengukur kemajuan ekonomi sebuah negara.
Referensi:
- Case & Fair. Macroeconomics 8th Edition. US: Cengage Learning.